Pengertian sebuah definisi terkadang terikat dengan apa yang kondisi lingkungan tengah terjadi. Sebagai contoh, kata “Alay” itu sering diartikan oleh satu orang atau bahkan beberapa orang bahwa kata tersebut adalah memiliki arti “orang yang suka berlebihan” atau ada makna lain dibalik kata tersebut. Tanpa kita ketahui bahwa kata “Alay” mungkin saja memiliki arti lain yang sebenarnya.
Sama halnya dengan arti kata “Kemerdekaan”, Apa sebenarnya arti atau hakikat dari kemerdekaan..??
Biasanya kita sering mengartikan kata “Kemerdekaan” itu sebagai arti bebas, tidak terikat, menunjukkan kedaulatan, berdiri sendiri, menguasai diri sendiri, bertahta sendiri, atau sbginya. Lebih sering kita anggap jika manusia itu sudah merdeka, ya sudah bebas, tidak ada penjajahan, atau istilahnya sudah “semau-gue”. Padahal kalau kita telisik lebih jauh, Inti dari kemerdekaan itu adalah “kedaulatan” bukan “kebebasan”, “kebebasan” itu hanyalah gejala yang nampak keluar.
Kesempurnaan/kemerdekaan manusia itu sebenarnya terletak pada titik akhir adalah pada Yang Mutlak yaitu Allah SWT. Karena fitrah manusia sendiri yang berasal dari Penciptanya. Kesempurnaan manusia tidak sama sekali terletak kepada kecantikan/ketampanan/banyak harta/banyak tanah/ bahkan berkuasa. Saya sedikit kurang setuju ketika ada orang yang berkata bahwa dia akan bahagia ketika dia memiliki banyak harta. Belum tentu, karena bisa saja harta yang banyak malah akan membawa kesengsaraan…….
Yang paling sempurna yaitu kembali kepada Yang Maha Mutlak, Allah SWT. Hal tersebut hanyalah Manusia dikatakan benar-benar merdeka dan berdaulat jika ia melaksanakan dinamika diatas. Proses ke arah kesempurnaan tidaklah semudah kita membalik telapak tangan. Hambatan-hambatan tentunya sudah siap menghadang kita untuk meraih kemerdekaan kita sendiri. Apa hambatan-hambatan tersebut? Nafsu, yah….. nafsu kita sendiri.
Nafsu liar adalah penghambat yang harus kita hadapi sendiri (), karena kita ketahui nafsu itu timbul karena ada sesuatu hal yang menyebabkan nafsu tersebut keluar. Ketika seseorang ingin bebas merdeka/berdaulat, ia tidak bisa bebas atau terlepas, karena ia cenderung liar akibat rintangan nafsu-nafsunya .
Manusia bisa berdaulat kalau ia mengatur nafsu-nafsunya dan bukan sebaliknya, nafsunya yang mengatur ia. Jangan biarkan nafsu yang melekat pada kita, bisa menguasai kita sekehendak nafsu sendiri. Tentunya kita sebagai mahluk yang memiliki kekuatan lebih dibanding mahluk-mahluk yang lain harus bisa menghadapi apa yang nafsu akan lakukan kepada kita.
Jadi kemerdekaan manusia itu adalah kemerdekaan yang selalu (harus) menjadi dalam proses penjadian. Proses penjadian ini bisa saja gagal apabila manusia sendiri tidak mampu dan tidak berani membebaskan diri dari berbagai daya tarik yang terasa padanya. Akhirnya, dia akan terbelenggu oleh nafsu dan tidak berdaulat lagi……
Maukah Merdeka??
Hanya sebatas tulisan…
Sumber : Buku Filsafat Manusia: Antropologi Metafisika Written by Drs. H. Burhanuddin Salam…